Total Tayangan Halaman

Kamis, 17 November 2011

Teori Konstruktivisme


Perubahan kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2004 menjadi kurikulum berbasis kompetensi membawa perubahan terhadap landasan teori pembelajaran dalam dunia pendidikan Indonesia. Semula teori pembelajaran dalam pendidikan Indonesia, lebih didominasi aliran psikologi behaviorisme. Akan tetapi saat ini, para pakar pendidikan di Indonesia banyak yang menyerukan agar landasan teori pembelajaran mengacu pada aliran konstruktivisme. Hal ini dikarenakan zaman terus berkembang, pengetahuan akan berubah pula sesuai dengan tuntutan masyarakat. Pengetahuan itu bukanlah hal yang mutlak kebenarannya dan untuk mencari kebenaran itu harus ada proses interaksi dan pengalaman terhadap lingkungan. Sehingga pengetahuan tidak lagi didapat dengan hanya mentransfer  pikiran dosen ke mahasiswa, mahasiswa tersebut harus aktif secara mental untuk membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang berpendapat bahwa pembelajaran itu ditentukan oleh individu itu sendiri, individu tersebutlah yang menentukan apa yang mau dipelajari dan membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang paling penting dalam pembelajaran konstruktivisme adalah keaktifan mahasiswa dan perlu motivasi kuat yang berasal dari internal mahasiswa itu sendiri untuk membentuk pemahaman pengetahuan berdasarkan pengalaman dan interaksi sosial.
            Pembelajaran merupakan proses individu untuk membangun struktur kognitif. Dalam hal ini terdapat interaksi antara subjek dan objek artinya terjadi interaksi antara pengetahuan yang lama dengan yang baru pada mahasiswa. Selanjutnya mahasiswa akan membentuk suatu pemahaman dari pengalaman dan kognitifnya sendiri, sehingga akan tercipta pengetahuan yang baru.
            Ada 3 prinsip pandangan yang terjadi pada proses pembelajaran konstruktivisme, pandangan ini bermanfaat dalam proses pengajaran dan pembelajaran, yaitu: exogenous, endogenous dan dialectical. Berdasarkan prinsip tersebut, tahapan perkembangan pengetahuan dari teori konstruktivisme diawali dari pengetahuan yang didapat dari lingkungan luar (pengalaman nyata, contoh model,ataupun pengajaran) kemudian dikembangkan menjadi suatu kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya, selanjutnya melakukan pemikiran yang kritis dan interaksi sosial.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam prosesnya yaitu pertama, harus ada panduan belajar untuk membantu mahasiswa fokus terhadap tujuan pembelajaran yang mau dicapai, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuannya dan belajar mandiri. Kedua, mahasiswa akan berkolaborasi dengan sesamanya, hal ini akan menciptakan interaksi sosial dan tanggung jawab sosial untuk peningkatan proses mental. Ketiga, mahasiswa akan belajar untuk memahami suatu konten pembelajaran, dengan menyederhanakannya sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Keempat, mahasiswa akan mawas diri terhadap pembelajarannya, sehingga mereka akan lebih berpikir kritis dan refleksi.  Terakhir, mahasiswa akan terdorong untuk belajar mandiri, mendorong mahasiswa untuk membuat kesimpulan sendiri melalui proses dialog, penulisan atau representasi lainnya.
            Oleh karena itu terjadi pergeseran peranan dosen dari pemberi kuliah menjadi fasilitator yang membantu proses belajar mahasiswa. Dosen tidak lagi dipandang sebagai pemberi pengetahuan tetapi memberikan panduan bagi mahasiswa, mendorong untuk belajar aktif dan senantiasa membantu proses belajar mahasiswa sesuai dengan perencanaan kurikulum. Mahasiswa tidak lagi pasif menerima pengetahuan, tetapi mahasiswa dipersiapkan agar dapat bersikap aktif, mampu belajar mandiri sesuai dengan cara belajar dan kebutuhan mereka, sehingga akan melatih mahasiswa untuk berpikir kritis. Proses pembelajaran ini akan terarah dengan disiplin kurikulum yang jelas tujuan pembelajarannya.
          Strategi pembelajaran yang sesuai dengan teori konstrukstivisme adalah problem based learning (PBL). Mahasiswa akan dipicu oleh masalah untuk mengembangkan pembelajaran sesuai tujuan dan berkolaborasi untuk menemukan solusinya. Mahasiswa akan menganalisis masalah, mengembangkan pendapat, mengetahui hal-hal yang tidak diketahui, mengaplikasikan pengetahuan baru dan evaluasi pemecahan masalahnya. Dosen hanya bertugas membantu proses dan bila perlu diberikan informasi pendukung untuk mendorong pembelajaran. Dengan teori konstruktivisme diharapkan pembelajaran menjadi lebih efektif dan terarah sehingga menciptakan kualitas mahasiswa yang baik, dan tentunya perubahan landasan tidak hanya terjadi pada kurikulum saja tetapi juga perubahan strategi pembelajaran, kemampuan pengajar sebagai fasilitator, serta sarana prasarana pendukung.



Daftar pustaka :
1.      Jia Q. 2010. A Brief Study on the Implication of Constructivism Teaching Theory on Classroom Teaching Reform in Basic Education. International Education Studies. Vol 2 : 197-9.
2.      Schunk D. Learning Theories an Educational Perspective. Ed 6th : 228-276.
3.      Saylor C. Learning Theories Applied to Curriculum Development. Curriculum Development and Evaluation in Nursing. Ed 2nd : 49-69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar